Search This Blog

Monday, 27 July 2020

Jambore PGI Chapter Jawa Barat


Saya dan Hazbi, anak sulung saya berkesempatan hadir pada acara Jambore Pendaki Gunung Indonesia Chapter Jawa Barat yang dilaksanakan pada tanggal 17-18 Mei yang lalu di Gn. Ciremai 3078 mdpl di Kabupaten Majalengka.

Pendakian dengan peserta kurang lebih 70 orang sangatlah penuh warna, lintas usia, lintas gender dan lintas pengalaman. Dengan berbagai macam karakteristik anggota, saya menilai mendakian ini sangat sukses. Bukan karena siapa yang terkuat dan tercepat, tetapi saling menjaga, saling mendukung dan saling berteloransi itulah nilai dari kesuksesan.

Perjalanan di mulai dengan meeting point di seputaran bundaran Cibiru Bandung pada hari Sabtu, 17 Mei 2014 pada pukul 5 pagi. Peserta dari Tangerang, Bekasi, Karawang, Tasik, Cimagi dan Bandung berkumpul di sini lalu kami berangkat menuju Terminal Maja di Majalengka.  Karena Kami akan mengambil jalur pendakian melalui Apuy, jadi tujuan kami adalah Kabupaten Majalengka. Ada juga jalur pendakian melalui Linggar Jati dan di Kabupaten Kuningan. Siang hari tiba di Terminal Maja, kami langsung diantar ke Pos Pendakian Jalur Apuy menggunakan mobil losbak. Sesampai di Pos Apuy sekitar pukul 12.00 WIB, dilanjut acara ISHOMA dan foto session hingga pukul 13.00


Saat yang ditunggu tunggu tiba, yaitu mulainya pendakian. Rombongan pendakian dibagi menjadi 3 grup, dengan leader dan sweaper pada masing-masing grup. Antar grup berjalan tidak terlalu jauh juga, hingga kami masih bisa saling melihat dan berkomunikasi. Kami berangkat sekitar pukul 13.00 di Pos 1, tempat Kami tiba. Rencananya kami akan bermalam di Gua Walet, sebelum keesokan paginya summit attack. Tetapi kemudian ditengah pendakian antara Pos 2 dan Pos 3 mendapat info bahwa Gua Walet telah penuh oleh para pendaki, dengan jumlah Kami yang sangat banyak akan mustahil akan bisa menampung. Lalu diambil keputusan kami akan bermalam di Pos 5.


Istirahat di Pos 2 Arban



Jarak antara Pos 1 dan 2 menurut saya relatif dekat, berbeda dengan jarak antar Pos selanjutnya, lebih jauh. Dengan kondisi fisik yang semakin lelah, medan yang semakin sulit, jarak antar pos sangatlah terasa jauh. Teriakan semangat bahwa pos selanjutnya sudah dekat kebanykan hanya lah PHP alias pemberi harapan palsu.  Tentu hal itu untuk memberi semangat berjuang bagi kami yang terlihat sudah sangat lelah.

Tetap bersama saling menjaga
Lancar merayap
Setelah Pos IV waktu mulai memasuki malam, tenaga sudah sangat berkurang. Kami merasakan lelah, lemah, letih, lesu menyerang dengan sangat. Bahkan ada salah satu anggota pendakian yang mengalami sakit kepala. Walau pelan Kami tetap terus berjalan, saling memberi semangat dan yang masih punya tenaga ekstra sekali kali melemparkan gurauan-gurauan.

Dan betapa lega, menyenangkannya perasaan kami ketika secara tiba-tiba Kami tiba di Pos V, yang karena gelap dan lebatnya tanaman tidak bisa kami lihat dari jarak yang lebih jauh. Tenda sudah berdiri, sudah ada  perapian yang hangat dan orang-orang mulai melakukan kegiatan masak memasak. Terima kasih untuk tim pendahulu yang telah menyiapkan semuanya, sehingga ketika rombongan Kami datang dengan sisa tenaga yang sudah sangat tipis tidak perlu bersusah payah mendirikan tenda, bahkan selanjutnya Saya hanya ganti baju kering, sholat Isya dan Magrib yang di Jama, menghangatkan badan di depan perapian lalu makan. Suatu kondisi yang eksklusif dan jarang Saya alami.

Lalu tiba saatnya istirahat, meluruskan badan mengisi tenaga untuk acara summit attack yang kami jadwalkan pada pukul 04.00 dinihari. Dengan menikmati dingin yang kurang nikmat, saya berusaha mengistirahatkan badan.

Pukul 03.030 Kami mulai melakukan persiapan summit attack. Berganti pakaian dan hanya membawa air minum kami mulai berjalan pada pukul 04.00.  Perjalanan yang Saya kira hanya satu setengah jam hingga kami bisa melihat sunrise di puncak gunung ternyata jauh dari perkiraan.
Medan yang kami lalui masih belum mau memberikan jalur yang nyaman dan menyenangkan. Ternyata kami harus melalui tanjakan yang panjang dan banyak, nyaris tak berbonus.




Gua Walet

Entah pukul berapa kami sampai di Pos Gua Walet, Camp yang seharusnya menjadi tempat istirahat bermalam. Dan Saya bersyukur Kami tidak bermalam di tempat ini. Ternyata jarak antara Pos V dan Pos Gua Walet cukup jauh. Kami berangkat dari Pos V ketika masih gelap dan tiba di Gua Walet sudah terang menderang, mungkin kami telah berjalan selama satu setengah jam. Terbayang bila semalam Kami terus berjalan sampai ke Gua Walet, dikondisi yang telah lelah dan terasa tak mampu lagi berjalan.

Treck menuju puncak 3078 mdpl








Sunday, 24 May 2015

Doa untuk sahabat

Suatu saat nanti, ketika daya ingat sudah menurun termakan waktu, tua meruntuhkan sebagian memori kita, mensortir apa yg harus diingat atau aku tidak lagi punya kuasa memilih mana yang ingin ku ingat. Maka doa ku saat ini adalah, kau ada dalam ingatan - dalam memori masa tua ku nanti. Kenangan sebagai seorang sahabat yg luar biasa. Doaku agar kau tetap berada di hati dan pikiranku, saat ini dan nanti.

Sunday, 9 February 2014

Maha Taman

Tempat bermain anak-anakku di Maha Taman bersama alam


Kawah Gn. Galunggung - Tasikmalaya



Candi Borobudur

 


Telaga Warna Dieng Plateu




Kebun Bakukung
 



Gn. Manglayang - Bandung




Gn. Merbabu - Magelang


Gn. Merbabu Magelang

Tuesday, 4 February 2014

Peta Wisata Kota Tasikmalaya

Sebelum berkunjung ke Kota Tasikmalaya dan Sekitarnya, coba lihat dulu peta wisata ini, agar bisa menyusun rute dan jadwal sehingga kunjungannya maksimal.




Wednesday, 29 January 2014

The Divine Comedy: Paradiso, Canto XXXI



By Dante Alighieri

Then, in the form of a white rose, the host
of the sacred soldiery appeared to me,
all those whom Christ in his own blood espoused.

But the other host (who soar, singing and seeing
His glory, who to will them to his love
made them so many in such blissful being,

like a swarm of bees who in one motion dive
into the flowers, and in the next return
the sweetness of their labors to the hive)

flew ceaselessly to the many-petaled rose
and ceaselessly returned into that light
in which their ceaseless love has its repose.

Like living flame their faces seemed to glow.
Their wings were gold. And all their bodies shone
more dazzling white than any earthly snow.

On entering the great flower they spread about them,
from tier to tier, the ardor and the peace
they had acquired in flying close to Him.

Nor did so great a multitude in flight
between the white rose and what lies above it
block in the least the glory of that light;

for throughout all the universe God's ray
enters all things according to their merit,
and nothing has the power to block its way.

This realm of ancient bliss shone, soul on soul,
with new and ancient beings, and every eye
and every love was fixed upon one goal.

O Threefold Light which, blazoned in one star,
can so content their vision with your shining,
look down upon us in the storm we are!

If the barbarians (coming from that zone
above which Helice travels every day
wheeling in heaven with her belovèd son)

looking at Rome, were stupefied to see
her works in those days when the Lateran
outshone all else built by humanity;

what did I feel on reaching such a goal
from human to blest, from time to eternity,
from Florence to a people just and whole—

by what amazement was I overcome?
Between my stupor and my new-found joy
my bliss was to hear nothing and be dumb.

And as a pilgrim at the shrine of his vow
stares, feels himself reborn, and thinks already
how he may later describe it—just so now

I stood and let my eyes go wandering out
into that radiance from rank to rank,
now up, now down, now sweeping round about.

I saw faces that compelled love's charity
lit by Another's lamp and their own smiles,
and gestures graced by every dignity.

Without having fixed on any part, my eyes
already had taken in and understood
the form and general plan of Paradise:

and—my desire rekindled—I wheeled about
to question my sweet lady on certain matters
concerning which my mind was still in doubt.

One thing I expected; another greeted me:
I thought to find Beatrice there; I found instead
an elder in the robes of those in glory.

His eyes and cheeks were bathed in the holy glow
of loving bliss; his gestures, pious grace.
He seemed a tender father standing so.

'She—where is she?' I cried in sudden dread.
'To lead you to the goal of all your wish
Beatrice called me from my place,' he said;

'And if you raise your eyes you still may find her
in the third circle down from the highest rank
upon the throne her merit has assigned her.'

Without reply I looked up to that height
and saw her draw an aureole round herself
as she reflected the Eternal Light.

No mortal eye, though plunged to the last bounds
of the deepest sea, has ever been so far
from the topmost heaven to which the thunder sounds

as I was then from Beatrice; but there
the distance did not matter, for her image
reached me unblurred by any atmosphere.

'O lady in whom my hope shall ever soar
and who for my salvation suffered even
to set your feet upon Hell's broken floor;

through your power and your excellence alone
have I recognized the goodness and the grace
inherent in the things I have been shown.

You have led me from my bondage and set me free
by all those roads, by all those loving means
that lay within your power and charity.

Grant me your magnificence that my soul,
which you have healed, may please you when it slips
the bonds of flesh and rises to its goal.'

Such was my prayer, and she—far up a mountain,
as it appeared to me—looked down and smiled.
Then she turned back to the Eternal Fountain.

And the holy Elder said: 'I have been sent
by prayer and sacred love to help you reach
the perfect consummation of your ascent.

Look round this garden, therefore, that you may
by gazing at its radiance, be prepared
to lift your eyes up to the Trinal Ray.

The Queen of Heaven, for whom in whole devotion
I burn with love, will grant us every grace
because I am Bernard, her faithful one.'

As a stranger from afar—a Croat, if you will—
comes to see our Vernonica, and awed
by its ancient fame, can never look his fill,

but says to himself as long as it is displayed:
'My Lord, Jesus Christ, true God, and is this then
the likeness of thy living flesh portrayed?'—

just so did I gaze on the living love
of him who in this world, through contemplation,
tasted the peace which ever dwells above.

'Dear son of Grace,' he said, 'you cannot know
this state of bliss while you yet keep your eyes
fixed only on those things that lie below;

rather, let your eyes mount to the last round
where you shall see the Queen to whom this realm
is subject and devoted, throned and crowned.'

I looked up: by as much as the horizon
to eastward in the glory of full dawn
outshines the point at which the sun went down;

by so much did one region on the height
to which I raised my eyes out of the valley
outshine the rays of every other light.

And as the sky is brightest in that region
where we on earth expect to see the shaft
of the chariot so badly steered by Phaeton,

while to one side and the other it grows dim—
just so that peaceful oriflamme lit the center
and faded equally along either rim.

And in the center, great wings spread apart,
more than a thousand festive angels shone,
each one distinct in radiance and in art.

I saw there, smiling at this song and sport,
her whose beauty entered like a bliss
into the eyes of all that sainted court.

And even could my speech match my conception,
yet I would not dare make the least attempt
to draw her delectation and perfection.

Bernard, seeing my eyes so fixed and burning
with passion on his passion, turned his own
up to that height with so much love and yearning

that the example of his ardor sent
new fire through me, making my gaze more ardent.

Source: Alighieri, Dante. The Divine Comedy: Paradiso. Translated by John Ciardi. W. W. Norton & Company, 1970.
Microsoft ® Encarta ® 2009. © 1993-2008 Microsoft Corporation. All rights reserved.

Efek Inferno Dan Brown


Sudah membaca buku Inferno karya terbaru dari Dan Brown? Apa yang berkesan dari buku tersebut? Bila kita melihat kesamaan dari buku-buku Dan Brown sebelumnya adalah informasi mengenai karya karya seni seniman besar dunia, bila di buku sebelumnya dibahas mengenai Leonardo da Vinci, Gallelio, Benini, di buku Inferno ini menceritakan seniman Durante degli Alighieri, lebih dikenal dengan Dante, yang adalah penyair dari Firenze sekarang Florence, Italia.  Karya besarnya, la Divina Commedia  (The Divine Comedy) yg dianggap sebagai salah satu karya literatur terbesar di Eropa selama Zaman Pertengahan dan merupakan dasar bahasa Italia modern menjadi inspirasi jalan ceritanya. The Divine Comedy terdiri dari tiga section Inferno (Hell), the Purgatorio (Purgatory), and the Paradiso (Paradise).



Tapi kemudian saya menemukan suatu kesadaran baru, Dante, The Divine Comedy dan Inferno adalah alat pengantar saja, walau itu sangat informatif dan mempesona, kesadaran saya justru terjadi setelah saya coba memahami kejahatan apa yang ada di buku Inferno? Saya merasa kejahatannya terselubung oleh cerita2 karya seni besar sang maestro, dan seperti biasa itu mempesona bagi saya sebagai orang yang ingin mengetahui karya seni besar, sehingga jadi lupa kejahatan apa yang sebenarnya terjadi.

Kemudian kejahatan yang ada dibuku tersebutlah yang sampai sekarang menghantui saya, pemikiran dan teori tersebut menjadi seperti, bukan pemahaman baru tetapi menjadi lebih memaknai bagi saya. Seorang jenius yang sebenarnya ingin menyelamatkan bumi ini, dan dia melakukannya tidak dengan kekerasan apalagi pertumpahan darah. Sehingga menurut saya bisa disimpulkan bahwa dia bukan penjahat. Apa yang menjadi kekhawatirannya adalah bumi ini yang sedang dalam perjalanan menuju kehancuran karena over populated alias kelebihan populasi. Mungkin saya pernah membaca mengenai over populasi yang berbahaya terjadi di bumi ini, menyebabkan kekurangan pangan, sulit mendapatkan pekerjaan dan tempat tinggal dan sebagainya. Tetapi sepertinya itu hanya menjadi kilasan-kilasan saja, bukan sesuatu yang berdampak sedemikian besar.

Berdasarkan estimasi yang diterbitkan oleh Biro Sensus Amerika Serikat, penduduk dunia mencapai 6,5 miliar jiwa pada tanggal 26 Februari 2006 pukul 07.16 WIB. Pada tanggal 19 Oktober 2012 pukul 03.36 WIB, jumlah penduduk dunia akan mencapai 7 miliar jiwa. Badan Kependudukan PBB menetapkan tanggal 12 Oktober 1999 sebagai tanggal dimana penduduk dunia mencapai 6 miliar jiwa,. Begitu banyak mulut yang harus diberi makan, begitu banyak badan yang harus diberi tempat tinggal, dan belum lagi kemudian akan menyusul muncul kebutuhan sekunder, tersier bahkan sampai yang luxurious. Sedangkan disisi lain, kondisi daya dukung alam mulai menurun, hutan, ladang, lahan pertanian yang terus berkurang secara kuantitas dan juga kualitas. Jumlah sedemikian besar masih akan terus bertambah dengan kecepatan yang belum ada dalam sejarah, manusia akan terus beranak pinak dalam jumlah yang mengejutkan bila dibuat statistiknya kata sang jenius, anak-anak bayi akan terus lahir ke bumi dan yang tua enggan meninggalkan dunia. Manusia berusaha memiliki umur panjang, diluar fakta bahwa umur adalah kehendak Tuhan. Mulai dari awal kelahiran, manusia memberi imun kepada tubuhnya agar penyakit-penyakit seperti polio, hepatitis, campak dan lainnya tidak dapat merenggut nyawanya. Obat-obatan dan teknologi penyembuhan pun tidak kalah menyumbang perpanjangan umur manusia, ada pemasangan alat pacu jantung, donor ginjal, dan lain sebagainya membuat jumlah penduduk bumi pada saat bersamaan itu berjumlah sangat banyak.

Pengendalian jumlah penduduk tentu dilakukan oleh banyak pihak terutama pemerintah, diberbagai negara seperti di Cina dengan program satu anak satu. Di Indonesia sendiri ada program pemerintah dalam mengendalikan jumlah penduduk yang disebut Keluarga Berencana, program ini bersifat persuasif bukan suatu kewajiban.

Bila dalam suatu lingkungan tempat tinggal atau habitat suatu jenis terjadi kepadatan polusasi yang sangat tinggi dan mereka memakan makanan dan menggunakan sumber daya yang sama, pada satu titik akan terjadi kelangkaan sumber makanan lalu terjadi perebutan makanan dan ketika sumber makanan tersebut telah habis mereka akan saling memakan atau mati kelaparan. Di Eropa pernah terjadi suatu fenomena dimana para tikus melakukan "bunuh diri masal" dengan terjun ke dalam laut, mungkin ini adalah suatu bentuk pengorbanan para tikus tua atau dewasa agar populasi mereka berada dalam jumlah yang sesuai dengan daya dukung sumber makanan.

Apakah pernah terjadi seperti itu terhadap manusia? Apakah dengan sengaja satu golongan manusia memusnahkan golongan manusia lainnya agar mendapatkan ruang yang lebih besar atau untuk mendapatkan kemakmuran lebih bagi golongannya. Apakah apa yang dilakukan Hitler adalah salahsatunya? Hitler melakukan apa yang dipercayainya sebagai pembersihan etnis. Perang pun sebenarnya bisa terhitung sebagai cara mengurangi jumlah manusia di bumi ini, apakah perang sengaja dilakukan untuk memusnahkan golongan manusia tertentu? Jawab dengan logika dan hati kecil masing-masing saja, karena tidak akan mungkin, ada yg menjawab iya, karena takut dituduh tidak manusiawi dan menghilangkan hak-hak manusia. Wabah penyakit pun bisa sangat mengurangi  jumlah manusia, yang terdekat terjadi adalah wabah Flu burung atau yang paling fenomena terjadi adalah Wabah Hitam yang melanda dunia pada pertengahan hingga akhir abad ke-14. Pertama kali terjadi di Eropa hingga membunuh sepertiga hingga duapertiga penduduknya lalu berlanjut melanda Asia dan Timur Tengah, sehingga Epedemi ini merenggut nyawa hampi 75 juta jiwa manusia di bumi. Pertanyaannya adalah apakah Wabah ini sengaja di lepas sebagai senjata biologis pemusnah manusia?

Sebelum terjadi wabah kondisi perekonomian Eropa sangat buruk, kelaparan, pengangguran dan lainnya kemudian apa yang terjadi setelah duapertiga penduduk Eropa berkurang karena wabah hitam adalah masa  kemajuan dan kebangkitan Eropa. Akhir abad pertengahan dimulai dengan masa Renaisans dimana terjadi revolusi ilmiah, masa keemasan Leonardo da Vinci dan Michaelangelo sebagai bapak Renaisans yang mempunyai kejeniusan dalam ilmu pengetahuan dan seni, berlanjut ke Abad Modern Awal yang melahirkan para ilmuwan seperti Francis Bacon, Rene Descartes, Galileo Galilei, ditemukannya berbagai macam alat bantu bagi kehidupan manusia, dan ilmu pengetahuan, lalu masa revolusi industri yang merupakan periode antara tahun 1750-1850 di mana terjadinya perubahan secara besar-besaran di bidang pertanian, manufaktur, pertambangan, transportasi, dan teknologi serta memiliki dampak yang mendalam terhadap kondisi sosial, ekonomi, dan budaya di dunia.

Kembali kepada si jenius yang merasa khawatir akan over pupulasi pada bumi ini, alih-alih menggunakan ilmunya dengan menciptakan wabah berbahaya yang mematikan seperti wabah hitam, dia menciptakan virus yang bisa membuat mandul manusia. Tidak menyebabkan kematian pada manusia yang terjangkit, virus ini menyebabkan seseorang dengan gen tertentu yang terinfeksi virus ini, mereka tidak dapat bergenerasi, tidak bisa mempunyai anak. Sehingga pada rentang masa tertentu tidak akan banyak terjadi kelahiran yang akan menambah jumlah penduduk bumi.

Jadi apa kekhawatirannya benar? Apa tindakannya itu bisa dibenarkan?


Sunday, 19 January 2014

Apis dorsata




Apis dorsata merupakan lebah madu Asia yang berhabitat di hutan, membuat sarang dengan hanya satu sisiran yang menggantung di dahan dan ranting pohon, langit-langit terbuka dan tebing jurang bebatuan, karena itu sampai sekarang para ilmuwan belum berhasil membudidayakan Apis dorsata dalam bentuk tertutup. Sisiran sarang dapat mencapai 2 x 1 meter dengan estimasi hasil bisa mencapai 20 kg/sarang.
Spesies ini berkembang hanya di kawasan sub-tropis dan tropis Asia, seperti Indonesia, Filipina, India, Nepal, dan tidak tersebar di luar Asia.

Kerajaan:
Filum:
Kelas:
Ordo:
Famili:
Genus:
Upagenus:
(Megapis)
Spesies:
A. dorsata
Apis dorsata
Fabricius, 1793

Apis dorsata (Lebah Hutan)  digunakan sebagai nama angkatan ke-18 MPKA Rimbawan yang berjumlah 58 Orang :

1.            Yenni Wardhani  - R. 678 Ad
2.            Aries Susanto  -  R. 653 Ad
3.            Cipto Heryanto
4.            Suprapto
5.            Mujahidin
6.            Siswayo
7.            Yusuf Haryadi  - R. 665 Ad
8.            Hendra  - R. 672 Ad
9.            Ahmat Andi Mundirman
10.        Andi Kusnadi  -  R. 800 Ad
11.        Anto Heryanto
12.        Sapto Dian Pamungkas
13.        Rifki Dwi Wantoro
14.        Syukron
15.        Joko Unggaran
16.        Deden Hendrayadi
17.        Niel Andri Kurniawan
18.        Harry Hermawan   - R. 680 Ad
19.        Alwan Juni Artanto
20.        Andi Sanjaya
21.        Ayi Ahmad Yani
22.        Bambang Sugiarto
23.        Dani Sonandar
24.        Asep Rahmat Hidayat
25.        Rd. Rahmat Kurniawan  -  R. 674 Ad
26.        May Sumarna
27.        Trio Mundiarto HP  -  R. 792 Ad
28.        Rislan Heryanto   -  R. 671 Ad
29.        Ruddy Hermawan
30.        Yeanni Yuliani  -  R. 789 Ad
31.        Supriyanto Gunawan
32.        Putra Caringin
33.        R. Tito Sutristryanto  - R. 793 Ad
34.        Decky Kuswanto - R. 795 Ad
35.        Irwan
36.        Ian Widiana
37.        Iskandar Danter  -  R. 660 Ad
38.        Yulius Forestryana
39.        Hendra Prastawa
40.        Abdurohman
41.        Santi D. Ningrum
42.        Dodi Panca Putra  -  R. 652 Ad
43.        Agus Prasetyo
44.        Nanang Sujana  -  R. 686 Ad
45.        Eko Fitriyanto
46.        Ifan Akhmar Taupan
47.        Erlan Suherlan
48.        Arif Rakhmadan
49.        Hendra Gunawan
50.        Andry Basry
51.        Daryanto
52.        Asep Mulyana
53.        Asep Anwar
54.        Martono  -  R. 688 Ad
55.        Edhuwin
56.        Asep Erry D. H
57.        Dayat Susanto
58.        Samsul Sugito